Sabtu, 24 Maret 2012

anemia pada ibu hamil

BAB I
 PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Angka anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi sekitar 67% dari semua ibu hamil dengan variasi tergantung pada daerah masing-masing. Sekitar 10-15% tergolong anemia berat yang sudah tentu akan mempengaruhi tumbuh kembang janin dalam rahim (Manuaba, I.B.G, 2002 hal 90).
Anemia dalam kehamilan merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dialami dan cukup tinggi yang berkisar antara 10-20% (Sarwono Prawiharjo, 2005 hal 450 ).
Menurut WHO kejadian anemia saat hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11 gr % sebagai dasarnya. Angka anemia kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup tinggi. (Manuaba.I.B.G, hal 29 ).
Menurut sistem kesehatan nasional (SKN ) tahun 2001 angka anemia pada ibu hamil sebesar 40%, kondisi ini mengatakan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia bila di perkirakan pada tahun 2003-2010 prevalensi anemia masih tetap di atas 40% maka angka kematian ibu sebanyak 18.000 pertahun yang disebabkan perdarahan setelah melahirkan. Hal ini terlihat dari tingginya angka kematian ibu (AKI) di Asia Tenggara pada tahun 2005 yaitu berkisar 290,8 per 100.000 kelahiran hidup. (anonim, 2010).
Dari hasil survey di Indonesia maka di ketahui angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini berkisar antara 300-400 kematian ibu per 100.000kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia menunjukkan masih buruknya tingkat kesehatan ibu dan bayi baru lahir. (anonym,2010).
Berdasarkan dari data yang di peroleh di dinas propinsi Sulawesi tahun 2005, anemia pada ibu hamil didapatkan 45.410 dari 104.271 ibu hamil yang memeriksakan dirinya, yang terbagi atas ; anemia ringan sebanyak 42.043 orang (40,32%). Anemia berat dengan sebanyak 3.467 orang (3,32%) dan tidak mengalami anemia sebanyak 58.761 orang (56,35%). Sedangkan data anemia dari hasil pencatatan rekam medik tahun 2009 sekitar 1201 orang yang melakukan pemeriksaan ibu hamil di KIA RSU. Haji Makassar yang terbagi atas ; Anemia ringan 31 orang (56,6%), Anemia sedang 22 orang (36,6%),Anemia berat 36 orang (10%) dan yang tidak mengalami anemia 1170 orang (93,36%).
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian anemia ini adalah ; kurang gizi, selain itu anemia pada ibu hamil disebabkan karena kehamilan berulang dalam waktu singkat, cadangan zat besi ibu sebenarnya belum pulih, terkuras oleh keperluan janin yang di kandung berikutnya.      
Tingginya anemia yang menimpa ibu hamil memberikan dampak negative terhadap janin yang di kandung dari ibu dalam kehamilan, persalinan maupun nifas yang di antaranya akan lahir janin dengan berat badan lahir rendah (BBLR), partus premature, abortus, pendarahan post partum, partus lama dan syok.  Hal ini tersebut berkaitan dengan banyak factor antara lain ; status gizi, umur, pendidikan, dan pekerjaan ( Sarwono Prawirohardjo, 2005 hal. 450 ).
Karena masalah anemia pada anemia pada ibu hamil merupakan masalah penting yang erat hubungannya dengan masalah mortalitas maternal, maka dianggap penting untuk dilakukannya suatu identifikasi mengenai gambaran karakteristik anemia pada ibu hamil yang dibatasi pada masalah paritas dan status gizi.
B.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana gambaran Anemia pada ibu hamil menurut umur ibu hamil di Rumah Sakit Umum  Haji Makassar pada tahun 2009.
2.    Bagaimana gambaran Anemia pada ibu hamil menurut Paritas di Rumah Sakit Umum Haji Makassar tahun 2009.




C.   Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran  Anemia pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Haji Makassar Tahun 2009.
2.    Tujuan Khusus
a.    Untuk memperoleh gambaran  anemia pada ibu hamil menurut umur.
b.    Untuk memperoleh gambaran anemia pada ibu hamil menurut paritas.
D.   Manfaat Penelitian
1.    Manfaat Praktis
          Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program bagi Instansi Depertemen khususnya Rumah Sakit (RSU) Haji Makassar dalam menyusun program perencanaan berkaitan dengan upaya pencegahan anemia pada ibu hamil.
2.    Manfaat Penelitian
          Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.



3.    Manfaat bagi Peneliti
          Hasil penelitian ini merupakan pengalaman ilmiah yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan tentang anemia pada ibu hamil.
4.    Manfaat bagi Institusi
          Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimamfaatkan sebagai informasi berharga tentang anemia ibu hamil terutama dalam mengembangkan ilmu kebidanan.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   Tinjauan Tentang Anemia Pada Ibu Hamil
1.    Pengertian Anemia Menurut Para Ahli
a.    Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin di bawah 11 gr % pada trismester I dan II atau kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr % pada trimester II  ( Saifuddin. A. B. 2001 hal 281 ).
b.    Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari 10 gr / 100 ml ( Wiknjaksatro, 2002. Hal 405 ).
c.    Anemia adalah Kondisi dimana berkurangnya sel darah merah(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan.(Wasnidar, 2007.hal 20).
d.    Anemia adalah kekurangan kadar hemoglobin atau sel darah merah < 11 gr % atau suatu keadaan dengan junlah eritrosit yang beredar atau konsentrasi hemoglobin menurun (Maimunah 2005 ).
e.    Anemia adalah turunnya kadar hemoglobin < dari 12,0 g/100 ml darah pada wanita yang tidak hamil dan kurang dari 10,0 g/100 ml darah pada wanita hamil (varney Helen, 2002 hal 152)
2.    Patofisiologi
Selama kehamilan terjadi peningkatan volume darah (hypervolemia). Hypervolemia merupakan  hasil dari peningkatan volume plasma dan eritrosit (sel darah merah) yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga member efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml. (Sarwono,2002 hal 450-451).
Pengenceran darah (hemodilusi) pada ibu hamil sering terjadi dengan peningkatan volume plasma 30%-40%, peningkatan sel darah 18%-30% dan hemoglobin 19%. Secara fisiologis hemodilusi untuk membantu meringankan kerja jantung.
Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr% maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%.


3.    Klasifikasi Anemia dalam kehamilan
      Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu : (Manuaba I.B.G,1998.HAL 30)
Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal)
Hb 9-10 gr% Anemia ringan
Hb 7-8 gr% Anemia sedang
Hb <7 gr% Anemia berat
4.    Macam-macam anemia (Sarwono,2006.hal 451)
a.    Anemia Defisiensi Besi
Anemia yang paling sering di jumpai yang di sebabkan karena kekurangan unsur zat besi dalam makanan, karena gangguan absorpsi, kehilangan zat besi yang keluar dari badan yang menyebabkan perdarahan.
b.    Anemia megaloblastik
Anemia karena defisiensi asam folik, jarang sekali karena defisiensi vitamin B Hal ini erat hubungannya dengan defisiensi makanan.
c.    Anemia Hipoplastik
Disebabkan oleh karena sum-sum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar roentgen, racun dan obat-obatan.
d.    Anemia hemolotik
Disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil, apabila ia hamil maka anemianya biasa menjadi lebih berat. Sebaliknya mungkin pula pada kehamilan menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.
5.    Tanda dan Gejala Anemia ( Varney Helen, 2002, Hal. 152 )
Berkurangnya konsentrasi hemoglobin selama masa kehamilan mengakibatkan suplay oksigen keseluruh jaringan tubuh berkurang sehingga menimbulkan tanda dan gejala anemia secara umum, sebagai berikut :Lemah, mengantuk, pusing, lelah, malaise, sakit kepala, nafsu makan turun, mual dan muntah, konsentrasi hilang dan nafas pendek   ( pada anemia yng parah ).
Pada pemerikasaan tanda-tanda dan gejala anemia dapat meliputi : kulit pucat, mukosa, gusi, dan kuku-kuku jari pucat, takikardi/murmut lambat ( pada anemia yang parah ), rambut dan kuku rapuh ( pada anemia yang parah ) dan juga lidah licin ( pada anemia yang parah ).

6.    Pengaruh Anemia pada Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Janin ( Manuaba, 1998. Hal. 31-32 ).
a.    Bahaya Anemia dalam Kehamilan
1.    Resiko terjadi abortus
2.    Persalinan permaturus
3.    Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
4.    Mudah menjadi infeksi
5.    Ancaman dekompensasi kordis (Hb <6 gr %)
6.    Mengancam jiwa dan kehidupan ibu
7.    Mola hidatidosa
8.    Hiperemesis gravidarum
9.    Perdarahan anterpartum
10. Ketuban pecah dini(KPD)
b.    Bahaya Anemia dalam Persalinan
1.      Gangguan kekuatan his
2.      Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
3.      Kala dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan.
4.      Kala tiga dapat di ikuti retensio placenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri.
5.      Kala empat dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia uteri.
c.    Bahaya anemia dalam masa nifas
1.   Perdarahan post partum karena atonia uteri dan involusio uteri memudahkan infeksi puerperium
2.   Pengeluaran ASI berkurang
3.   Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
4.   Mudah terjadi infeksi mammae
d.      Bahaya anemia terhadap janin
Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai keutuhan dari ibunya, tetapi dengan anemia akan mengurangi kemampuan metabolism tubuh sehingga menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dan bentuk :
1.   Abortus
2.   Terjadi kematian intra uteri
3.   Persalinan prematuritas tinggi
4.   Berat badan lahir rendah (BBLR)
5.   Kelahiran dengan anemia
6.   Dapat terjadi cacat bawaan
7.   Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
8.   Intelengensi rendah, oleh karena kekurangan oksigen dan nutrisi yang menghambat pertumbuhan janin
6.      Diagnosa anemia   
Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat di tegakkan dengan :
a.  Anamnese
Pada anemnese akan didapatkan keluhan lelah, sering pusing, mata berkunang -kunang dan keluhan mual, muntah lebih berat pada hamil muda. ( Manuaba, I.B.G, 1998,hal.30). Bila terdapat keluhan lemah, Nampak pucat, mudah pingsan,sementara masih dalam batas normal, maka perlu dicurigai anemia defesiensi zat besi ( Saifuddin A.B, 2002 hal.282 ).
b.  Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah Hb dan darah tepi akan memberikan kesan pertama. Pemeriksaan Hb dengan Spektofotometri merupakan standar, kesulitan adalah alat ini hanya tersedia di kota. Di Indonesia penyakit kronik seperti : malaria dan tuberculosis (TBC) masih relatife sering dijumpai sehingga pemeriksaan khusus darah tepi dan sputum perlu dilakukan. Dengan   pemeriksaan khusus untuk membedakan dengan defisiensi asam folat dan thalassemia. Pemeriksaan Mean Corpuscular Volume (MCV) penting untuk menyingkirkan thalassemia. Bila terdapat batas MCV < 80 uL dan kadar ROW (red cell distribution width) > 14% mencurigai akan penyakit ini kadar Hemoglobin Fetal (HbF) >2% dan HbA2 yang abnormal akan menentukan jenis thalassemia.
7.      Pencegahan dan penanganan Anemia
a.  Pencegahan Anemia
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat di ketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan di sertai pemeriksaan laboratorium termasuk pemeriksaan tinja sehingga di ketahui adanya infeksiparasit. (Manuaba, I. B. G. 1998, hal.30)
b.  Penanganan pada Anemia sebagai berikut :
1.      Anemia Ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih di anggap ringan sehingga hanya perlu di perlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari. ( Arisman, 2004 Hal. 150 – 151 ).


2.      Anemia Sedang
Pengobatan dapat di mulai dengan preparat besi feros 600-1000 mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukonas ferosus.
( Wiknjosastro, 2005 Hal. 452 ).
3.      Anemia Berat
Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan. ( Arisman, 2004 hal 153 ).


B.   Tinjauan Tentang Faktor yang Berhubungan dengan Anemia
1.    Umur
    Umur ibu adalah lama waktu hidup atau sejak dilahirkan sampai ibu tersebut hamil. Ada banyak hal yang menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi pada masa kehamilan diantaranya adalah umur ibu pada saat hamil. Jika umur ibu terlalu muda yaitu usia kurang dari 20 tahun, secara fisik dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan kematian pada masa kehamilan, dimana pada usia kurang dari 20 tahun ibu takut terjadi perubahan pada postur tubuhnya atau takut gemuk. Ibu cenderung mengurangi makan sehingga asupan gizi termasuk asupan zat besi kurang yang berakibat bisa terjadi anemia. Sedangkan pada usia di ats 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun, fungsi rahim mulai menurun, serta meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan sampai persalinan (Anonim, 2010).  
2.    Paritas
     Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah di alami oleh ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Paritas 1-3 merupakan paritas I paling aman di tinjau dari sudut kematian maternal paritas I dan parits tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian lebih tinggi. Resiko pada paritas 1 dapat di kurangi atau di cegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak direncanakan. ( Sarwono, 1999, Hal. 23 ).
    Setelah kehamilan yang ketiga resiko anemia (kurang darah) meningkat. Hal di sebabkan karena pada kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah dan dinding uterus yang biasanya mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin.
3.    Status Gizi Ibu Hamil
     Anemia merupakan salah satu masalah utama penyebab angka kematian ibu di Indonesia dan sering terjadi pada ibu hamil. Biasanya Anemia di temukan pada wania hamil yang jarang mengkonsumsi sayuran segar, khususnya jenis daun-daunan hiaju yang mentah ataupun makanan yang kandungan protein hewani.
     Status gizi dinilai berdasarkan perhitungan Antropometri WHO NCHS ( National Center Of Health Statistic ), yaitu pengukuran dan berbagai dimensi fisik tubuh seperti barat terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan terhadap tinggi badan (BB/TB) dan di kelompokkan. Menurut klasifikasi Departemen Kesehatan Indonesia menjadi gizi buruk (BB/U < 60 %), gizi kurang (BB/U 60-80%) dan gizi lebih (BB/U > 110%).
     Ibu hamil memerlukan jumlah zat gizi yang relative besar. Hal ini berkaitan dengan pertumbuhan janin di dalam kandungan. Peningkatan kebutuhan zat gizi ini terutama berupa vitamin B1, (Thiamin), Vitami E2 (Riboflapin), Vitamin A,D dan B1, Mineral,La, dan Fe.
     Kondisi gizi dan komsumsi ibu hamil yang kurang akan menyebabkan anemia dan berpengaruh terhadap kondisi janin dan bayi yang di lahirkan. Kekurangan gizi pada saat hamil akan menimbulkan berbagai kesulitan. Oleh karena itu, kecukupan gizi yang dianjurkan bayi ibu hamil harus dapat terpenuhi. ( Hadju Veni, 2004 hal 11 ).


BAB III
KERANGKA KONSEPSIAL
A.       Dasar Pola Pikir Variabel Penelitian
Anemia pada ibu hamil di samping di sebabkan karena kemiskinan di mana asupan gizi sangat kurang, juga dapat di sebabkan karena ketimpangan gender dan adanya ketidaktahuan tentang pola makan yang benar. Ibu hamil memerlukan banyak zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya.
Kekurangan zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), di mana zat besi sebagai salah satu unsur pembentuknya. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen yang sangat di butuhkan untuk metabolisme sel.
Kekurangan hemoglobin dapat menyebabkan metabolisme tubuh dan sel saraf tidak bekerja secara optimal, menyebabkan pula penurunan percepatan infuls saraf, mengacaukan system reseptordopamine. (Wasnidar, 2007. Hal 2).
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yang membatasi pada kejadian anemia berdasarkan umur dan paritas ibu untuk memudahkan pemahaman maka di uraikan sebagai berikut:


1.    Umur Ibu
Umur ibu adalah lama waktu hidup atau sejak di lahirkan sampai ibu tersebut hamil. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi di antaranya adalah umur ibu pada saat hamil. Jika ibu terlalu muda yaitu usia kurang dari 20 tahun, secara fisik dan panggul belum berkembang optimal sehingga dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Secara mental ibu belum siap menghadapi segala perubahan pada kehamilan, dimana dalam usia kurang dari 20 tahun ibu takut terjadi perubahan pada postur tubuhnya atau takut gemuk, sehingga cenderung mengurangi makan sehingga asupan gizi termasuk asupan zat besi kurang yang berakibat biasa terjadi anemia. Sedangkan pada usia diatas 35 tahun, kondisi kesehatan ibu mulai menurun serta meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan termasuk anemia, (Anonim,2010)
2.    Paritas 
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami wanita tanpa memperhatikan hasil konsepsi tersebut hidyup atau mati. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan lebih dari 3 memiliki angka kematian lebih tinggi. Propil ibu yang meninggal saat atau sesaat setelah melahirkan antara lain disebabkan oleh tingginya paritas yaitu telah mempunyai anak sebanyak 4 orang atau lebih. (Winkjosastro,2007.hal 23).

B.   Pola Pikir Variabel Penelitian
Umur Ibu
Berdasarkan kerangka konsep tersebut maka di susunlah pola pikir variabel yang di teliti :
Paritas
Status Gizi
Jarak kehamilan
Anemia pada ibu hamil
 







 

Keterangan :


Variabel indevenden


                             Variabel yang tidak diteliti



Variabel dependen



A.   Defenisi Operasional
1.    Anemia ibu hamil
Anemia keadaan yang menunjukkan kadar hemoglobin ibu hamil yang di periksa di puskesmas Bara-barayya kurang dari 11 gr % berdasarkan hasil pemeriksaan Hb yang menggunakan alat asli atau berdasarkan diagnosis oleh dokter dari bidan yang tercatat dalam buku register KIA, yang dikategorikan kedalam anemia ringan, anemia sedang anemia berat
2.    Umur
Umur ibu dalam penelitian ini adalah lama waktu hidup atau sejak di lahirkan sampai pada saat ibu tersebut hamil tercatat dalam laporan rekam medik Rumah Sakit Umum Haji Makassar.
Kriteria Objektif.
Resiko Tinggi    : jika umur ibu < 20 tahun dan 35 tahun
Resiko rendah   : jika umur ibu 20 – 35 tahun
3.    Paritas
Paritas adalah frekuensi kehamilan dan persalinan yang pernah di alami ibu dengan umur kehamilan lebih dari 28 minggu dengan berat janin mencapai 1000gram, termasuk kehamilan sekarang dengan criteria :
a.    Resiko tinggi, bila frekuensi kehamilan dan melahirkan >3 kali
b.    Resiko rendah, bila frekuensi kehamilan dan melahirkan 1 – 3 kali.
4.    Status gizi adalah keadaan individu atau kelompok yang di tentukan oleh derajat lebih fisik akan energi dan zat gizi lainnya yang di peroleh dari pangan dan makanan dan dampak fisiknya dapat di ukur menurut buku Nutritional Center Health Statistik (NCHS) dengan indikator BB/TB pada bumil yang di layani di Rumah sakit (RSU) Haji Makassar.
a.    Kurang bila hasil pengukuran BB/TB (IMT) mencapai <19,8 kg/m
b.    Cukup, bila hasil pengukuran BB/TB (IMT) mencapai 19,6 kg/m sampai 26 kg/m









BAB IV

METODE PENELITIAN
A.   Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran karakterisitik anemia pada ibu hamil yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Haji Makassar Tahun 2009.

B.   Waktu dan Lokasi Penelitian
a.    Waktu penelitian
Penelitian di laksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Makassar 08 Mei s/d 30 Juni 2010.
b.    Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Haji Makassar

C.   Populasi dan sampel
        1.    Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu hamil yang di layani di Rumah Sakit Umum Haji Makassar Tahun 2009.
        2.    Sampel
Sampel dalam penelitian adalah semua ibu hamil yang menderita Anemia di Rumah Sakit Umum haji Makassar.

D.   Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang diambil dengan cara total sampling, yaitu semua ibu hamil yang menderita anemia yang tercantum didalam buku register.
E.   Jenis Data Dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data adalah data sekunder yang di kumpulkan dari register pasien dengan bantuan cek list.
F.    Pengolahan dan Penyajian Data
Pengolahan dan penyajian data dengan cara menetukan presentase dengan menggunakan kalkulator, kemudian disajikan dalam bentuk presentase dengan menggunakan rumus :
                                       F
      P              =     -------------------- x 100%
                                          N
Dimana   :
      P = Persentase yang dicari
      F = Frekuensi
      N = Jumlah Sampel



BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di Rumah Sakit Umum Haji Makassar, seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Rumah Sakit Umum Haji Makassar berjumlah 1201 orang dan yang menjadi sampel adalah semua ibu hamil yang menderita anemia ringan sebanyak 31 orang, selengkapnya di gambarkan pada tabel berikut ini :
1.    Karakteristik Anemia ibu hamil
Table 1       : Karakteristik  Kejadian Anemia pada ibu Hamil di Rumah Sakit Umum Haji  Makassar Tahun 2009.
Kejadian
Frekuensi
Persen
(%)
Anemia ringan
Tidak anemia
31
1170
2,58%
97,42%
Jumlah
1201
100%

Sumber : Data sekunder dari Rumah Sakit Umum Haji Makassar 2009
Dari data tabel di atas memperlihatkan bahwa dari 1201 ibu yang hamil di periksa di RSU. Haji Makassar di dapatkan ibu hamil yang anemia ringan 31 orang atau  2,58%,sementara ibu hamil yang tidak anemia sebanyak 1170 orang atau 97,42%.
2.    Karakteristik Anemia menurut Umur
Tabel 2 : Karakteristik kejadian anemia ringan pada ibu hamil menurut Paritas di Rumah Sakit Umum Haji Makassar Tahun 2009.
Umur
Frekuensi
Persen
(%)
Resiko tinggi < 20 tahun > 35 tahun
Resiko rendah 20 – 35 tahun
4
27
12,91%
87,09%
Jumlah
31
100
  Sumber : Data sekunder dari Rumah Sakit Umum Haji Makassar 2009
            Dari data tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa dari 31 ibu hamil yang anemia ringan dan di layani di Rumah Sakit Umum Haji di dapatkan pada kelompok Resiko tinggi <20 tahun >35 tahun sebanyak 4 ibu hamil (12,91%) dan Resiko rendah 20 – 35 tahun sebanyak 27 ibu hamil (87,09%).
3.    Karakteristik Anemia Menurut Paritas
Tabel 3: Karakteristik kejadian anemia ringan pada ibu hamil menurut Paritas di Rumah Sakit Umum Haji Makassar Tahun 2009.
Status
Frekuensi
Persen
(%)
Resiko tinggi paritas 1 dan >3
Resiko rendah 2 -3 paritas
15
16
48,39%
51,61%
Jumlah
31
100
Sumber : Data sekunder dari Rumah Sakit Umum Haji Makassar 2009
            Dari tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa 1201 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal di Rumah Sakit umum Haji Makassar di dapatkan pada kelompok paritas 1 dan >3 sebanyak 15 ibu hamil ( 48,39%) sementara dari ibu hamil anemia dengan paritas 
2 – 3 kali sebanyak 16 (51,61%)
B.   Pembahasan
Setelah melakukan penelitian gambaran karakteristik anemia ringan pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Haji Makassar, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa 1201 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal dipoli KIA Rumah Sakit Umum Haji Makassar terdapat  31 ibu hamil (2,58%) menderita anemia Ringan.
Hasil analisa pada table di atas selanjutnya dapat di gambarkan karakteristik anemia pada ibu hamil berdasarkan dua faktor yang menjadi variable independen melalui pembahasan berikut:
1.    Umur ibu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian anemia ternyata paling tinggi pada kelompok umur 20 -35 tahun yaitu 27  ibu hamil (87,09%), dan terendah pada kelompok pada kelompok umur <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 31 ibu hamil (2,58%). Pada table 2.
Secara umum kemungkinan terjadi anemia kemungkinan terjadi anemia bisa pada usia berapa pun ibu tersebut hamil. Usia reproduksi yang sehat bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu 20 -35 tahun, karena pada usia ini alat-alat reproduksi sudah cukup matang dan siap untuk proses kehamilan dan persalinan.pada umur ibu yang kurang dari 20 tahun merupakan resiko tinggi karena selain alat reproduksi belum siap untuk menerima hasil konsepsi, secara psikologis belum cukup dewasa untuk menjadi seorang ibu, sedangkan pada umur di atas 35 tahun merupakan umur resiko tinggi karena alat-alat reproduksi telah mengalami kemunduran fungsinyaberupa elastisitas otot-otot panggul dan sekitar organ-organ reproduksi lainnya.
2.    Paritas
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 31 ibu hamil anemia ringan yang Mi9oelakukan pemeriksaan antenatal di poli KIA di Rumah Sakit Umum Haji Makassar, lebih banyak di dapatkan ibu hamil anemia paritas 1 dan >3 sebanyak 15 (48,39). Sedangkan paritas 2 – 3 sebanyak 16 (51,61%). Pada table 3.
Hasil penelitian sesuai dengan teori bahwa pada ibu hamil dengan paritas 1 dan >3 resiko anemia lebih tinggi bila di banding pada paritas 2-3. Paritas 1 dan paritas >3 mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. (Prawirohardjo,2007. Hal 23).




BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   Kesimpulan
Dari hasil penelitian distribusi Anemia Ringan pada ibu hamil terhadap Umur ibu dan Paritas di Rumah Sakit Umum Haji Makassar, setelah data di olah dan di bahas maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1.    Gambaran kejadian Anemia pada ibu hamil terbanyak pada resiko rendah.
2.    Gambaran kejadian Anemia pada ibu hamil terbanyak pada Paritas rendah.

B.    Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas, maka disarankan :
1.    Melakukan penyuluhan tentang pentingnya pendewasaan kehamilan karena telah benar didapatkan pada ibu dengan usia <20 dan >35 tahun cukup beresiko untuk terjadinya Anemia yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kehamilan.
2.    Pada ibu hamil trimester 2 dan 3 perlu perhatikan khusus dalam pemberian Fe untuk mengimbangi terjadinya hemodilusi.
3.    Khusus pada ibu hamil dengan paritas >4 sebaiknya mengikuti program Keluarga berencana untuk meningkatkan kesehatan reproduksi pada ibu, guna mencegah terjadinya anemia yang secara tidak langsung dapat menimbulkan berbagai komplikasi.
4.    Pada petugas kesehatan, perlu penyampaian khusus pada ibu hamil bagaimana cara pengolahan makanan yang baik agar zat gizi yang terkandung dalam makanan tetap terjaga.